Oleh: Kurnia Muhajaroh, M.Pd
Mata Kuliah Kapita Selekta
Saat ini
kita di Indonesia menyaksikan realitas dunia pendidikan yang begitu
mengenaskan. Di satu sisi, mutu pendidikan tak kunjung menunjukkan perbaikan
yang signifikan. Di sisi yang lain, dunia pendidikan juga telah menjadi bagian
dari lahan industri kapitalisme, sehingga pemerataan pendidikan untuk seluruh
rakyat menjadi cita-cita yang semakin jauh untuk dapat diraih. Pendidikan yang
bermutu menjadi identik dengan biaya mahal, gedung megah, seragam necis, dan
semacamnya.
Kebanyakan
masyarakat tak mampu berbuat banyak melawan komersialisme pendidikan ini.
Mereka yang berkantong tebal memercayakan anak-anaknya untuk dididik di sekolah
bermutu berlabel internasional dengan biaya melangit. Mereka yang miskin
kebanyakan harus merelakan anak-anaknya putus sekolah setelah menamatkan
pendidikan dasar. Data di Depdiknas menunjukkan bahwa angka putus sekolah pada
tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 2004-2005 berjumlah
685.967, sedang tingkat SMP mencapai 263.793. Jika tak putus sekolah, mereka
menjalani pendidikan dengan teramat susah payah. Dalam situasi seperti ini,
pendidikan kemudian menjadi beban hidup yang berat—jauh dari cita-cita
pembebasan—yang kerap kali membuat rakyat semakin frustrasi. Dalam beberapa
tahun terakhir, media massa lokal maupun nasional relatif cukup sering
memberitakan anak-anak usia sekolah yang bunuh diri karena tak mampu membayar
iuran di sekolah.
Download lengkap materi di sini
bagaimna cara mencegah agar kapitalis itu tdk menyebar?
BalasHapus