Organisasi Islam ini berdiri pada tahun 1926, sebenarnya keinginan mendirikan organisasi
ini telah muncul sejak 1924. Waktu itu K.H.A. Wahab Hasbullah telah
menyampaikannya kepada K.H. Hasyim Asy'ari, tetapi waktu itu K.H. Hasyim Asy'ari
masih belum berkenan. K.H. A. Wahab Hasbullah menyadari arti pentingnya sebuah
organisasi untuk memperkokoh kesatuan di antara para ulama. K.H. Hasyim Asy'ari
baru merestui berdirinya organisasi para ulama setelah adanya desakan-desakan
perlunya mendirikan organisasi oleh situasi ketika itu dan telah memperoleh
restu dari K.H. Khalil Madura. Maka, sejak tanggal 16 Rajab 1949/ 31 Januari
1926, berdirilah organisasi para ulama yang disebut Jam'iyah Nahdiatul Ulama.
Pada awalnya organisasi ini belum memiliki tujuan yang jelas, tujuan
organisasi baru dirumuskan pada tahun 1927. Organisasi ini bertujuan memperkuat
ikatan salah satu dari empat mazhab serta untuk melakukan kegiatan yang
bermanfaat untuk anggota, sesuai dengan Islam. Kegiatan ini meliputi usaha
untuk memperkuat persatuan di antara para ulama yang masih berpegang tegu m9okih
pada mazhab, pengawasan terhadap pemakaian kitab-kitab di pesantren, penyebaran
Islam, seperti yang diajarkan oleh mazhab yang empat, perluasan jumlah madrasah
serta perbaikan organisasinya, bantuan kepada mesjid, langgar dan pesantren,
dan juga pemeliharaan anak yatim serta fakir miskin. Maksud lain yang penting
pula ialah pebentukan badan-badan untuk memajukan usaha para anggota Nahdiatui
Ulama
Dengan demikian, tampak bahwa organisasi NU bermaksud mempertahankan
praktek keagamaan yang sudah mentradisi di Nusantara untuk mengimbangi gencamya
ekspansi pembaruan Islam
Para ulama yang tergabung dalam organisasi ini khawatir bila
pembaruan atau modernisasi Islam akan melenyapkan paham keagamaan yang selama
ini mereka jalani. Karena itulah, gerakan NU mendapat dukungan dari para
pemimpin pesantren yang dikenal memiliki resistensi kuat untuk mempertahankan
budaya pesantren. NU merencanakan untuk mempersatukan pesantren di seluruh Jawa
di bawah naungan NU.
Nahdlatul Ulama memberikan
perhatian yang besar bagi pendidikan, khususnya pendidikan tradisional yang
harus dipertahankan keberadaannya. Pada awal berdirinya, NU tidak membicarakan
secara tegas tentang pembaruan pendidikan. Namun begitu, NU juga terjun dalam
kegiatan pembaruan pendidikan. NU mendirikan madrasah-madrasah dengan model
Barat. Sampai akhir tahun 1956 (1938 M) Komisi Perguruan NU mengeluarkan
kebijakan tentang susunan madrasah-madrasah NU, yang terdiri dari ; Madrasah
Awaliyah lama belajar 2 tahun, Madrasah Ibtidaiyah lama belajar 3 tahun,
Madrasah Tsanawiyah lama belajar 3 tahun, Madrasah Mu'alimin Wusta lama belajar
2 tahun dan Madrasah Mu'alimin 'Ulya lama belajar 3 tahun.
Kendati demikian, NU mendapat kesulitan untuk memprakarsai pembaruan
pendidikan di lingkungan pesantren di pedesaan. Dalam hal ini, menurut
Steenbrink, NU tidak pernah mengambil keputusan yang revolusioner. Semua ini dikhawatirkan akan menimbulkan reaksi
keras dari kyai dan masyarakat Muslim.
Pembaruan pendidikan yang diterapkan di
pesantren Tebuireng tersebut merupakan awal yang bagus bagi kemajuan pesantren,
khususnya di Jawa dan Madura. Pada perkembangan berikutnya, modernisasi
tersebut menjadi contoh bagi pesantren di Jawa untuk lebih terbuka terhadap
system pendidikan modern. Besarnya pengaruh K.H. Hasyim Asy'ari sangat
mendukung bagi pembaruan lembaga pendidikan di pesantren dan sosial masyarakat.
Setelah Indonesia merdeka dan ketika K.H. Hasyim Asy'ari menjabat sebagai
Menteri Agama R.I., ia mengambil keputusan untuk menyesuaikan diri dengan
sistem pendidikan Barat. Cara yang ditempuh untuk melaksanakan keputusan ini
antara lain dengan melakukan propaganda untuk memasukkan mata pelajaran umum ke
dalam madrasah. Keputusan Departemen Agama ini oleh Steenbrink, dianggap
sebagai akibat dari pembaruan pendidikan yang terjadi di “ibukota” NU, Jombang.21
Besarnya pengaruh dan kharisma K.H. Hasyim Asy'ari berhasil melunakkan hati
para kyai di pedesaan untuk sedikit demi sedikit mentransfer sistem pendidikan
modern yang tadinya mereka menolak sistem modern.
0 komentar:
Posting Komentar