Allah bersumpah dengan menggunakan waktu demi menjelaskan urgensitasnya
Didalam al quran terdapat sejumlah ayat yang mengisyaratkan akan keagungan serta urgensitas anugerah waktu sebagai pokok nikmat. Cukuplah bagi kita mengetahui bahwasannya Allah telah bersumpah dengan menggunakan berbagai fase waktu di dalam Al Quran. Hal itu sebagai petunjuk akan nilai keagungan dan ugensitasnya. Maka disanalah allah bersumpah dengan waktu malam,siang hari, waktu fajar, subuh, cahaya merah diwaktu senja, waktu dhuha dan waktu ashar. Diantara ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Firman Allah dalam surat Al-Lail 1-2, yang artinya “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang”.
Firman Allah dalam surat Al-Muddatstir:33-34, yang artinya “Dan malam ketika telah berlalu, dan subuh apabila telah mulai terang”.
Firman Allah dalam surat AT-Takwir: 17-18, yang artinya “ Demi malam yang apabila telah meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing”.
Dalam surat AL-Insyiqaq:16-17,yang artinya “Maka aku bersumpah demi cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya”.
Dalam surat Al-Fajr 1-2, yang artinya “ demi fajar dan malam yang sepuluh”.
Dalam surat Adh-Dhuha 1-2 yang artinya “Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi”.
serta dalam surat Al-‘Ashr 1-2, yang artinya “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian”.
Jika kita cermati, maka setiap Allah bersumpah dengan waktu, hal itu menunjukkan sesuatu tersebut menempati urgensitas yang paling tinggi. Sumpahnya menggunakan waktu terletak pada dua hal yang sangat urgen. Pertama; dalam rangka membebaskan rasul dari anggapan kaum musryrikin beserta musuh-musuhnya yang menuduh ia telah ditinggalkan Tuhannya. Kedua; dalam rangka menjelaskan bahwasannya setiap manusia berada dalam kerugian dan kebinasaan kecuali mereka yang mau beriman dan beramal saleh. Maka untuk menegaskan hal tersebut Allah berfirman:
“Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu”.(Adh-Dhuha:1-3).
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menenpati kebenaran”.(Al-‘Ashr:1-3).
Penjelasan imam Fakhr Ar-Razi tentang urgensi waktu dan kemuliaannya yang tertuang dalam kitab tafsinya(tafsir Mafatihu Al-Ghoib 32/84), ketika menafsirkan surat “Al ‘Ashr” berkata:”dalam ayat ini Allah bersumpah dengan menggunakan masa, sebab didalamnya terdapat keajaiban-keajaiban; padanya terdapat kebahagiaan dan kesengsaraan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan dan umur tidak dapat dinilai dengan sesuatu yang lain dalam hal nilai dan kemurahannya.”
Sedangkan menurut Syaikh Fakhruddin berkata,”Demi Allah, saya merasa menyesal atas waktu yang terlewatkan yang tidak saya gunakan untuk urusan ilmu seperti waktu yang saya gunakan untuk makan. Karena waktu dan masa adalah sesuatu yang amat berharga.”
Sekiranya engkau menyia-nyiakan waktu selama seribu tahun untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, kemudian engkau bertaubat lalu engkau ditakdirkan mendapat kebahagiaan di akhir sisa umur, maka engkau berada dalam surga selamanya. Dengan itu engkau menyadari bahwasannya masa hidupmu yang paling berharga adalah masa akhir tersebut.
Waktu merupakan salah satu pokok-pokok nikmat. Maka Allah bersumpah dengannya. Di samping itu Dia mengingatkan manusia bahwasannya siang dan malam merupakan kesempatan yang banyak disia-siakan oleh manusia, dan bahwasannya waktu itu lebih mulia ketimbang tempat, maka dia bersumpah dengannya, sebab waktu adlah nikmat yang suci dan tidak cacat sama sekali, adapun yang merugi dan layak dicela adalah manusianya sendiri”.
Hal diatas merupakan sebagian apa yang dijelaskan oleh Al Quran tentang urgensi waktu bahwasannya ia merupakan salah satu pokok-pokok nikmat sekaligus termasuk salah satu nikmat termulia.
Adapun penjelasan secara sunnah imam Bukhari, At-Turmudzi dan Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: “Ada dua jenis nikmat yang kebanyakan manusia merugi karena takmampu memanfaatkan keduanya secara bail yaitu kesehatan dan waktu luang”.
Waktu adalah nikmat besar dan anugerah agung yang tidak dapat diketahui nilainya serta tidak dimanfaatkan secara baik kecuali oleh mereka yang diberi taufik Allah serta terpilih. Hal itu sebagaimana diisyaratkan oleh lafazd hadist yang redaksinya:”Maghbunun Fihima Katsirun Mina Aan-Naas” (kebanyakan manusia merugi di dalamnya). Redaksi hadist tersebut mengindikasikan bahwa mereka yang dapat memanfaatkan keduanya secara baik adalah sedikit, sedang mayoritas mereka menyia-nyiakannya dan akhirnya merugi.
Semoga Allah memberikan kita bimbingan dalam mengelola dan memanfaatkan waktu dengan baik sehingga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan taufiknya.
Didalam al quran terdapat sejumlah ayat yang mengisyaratkan akan keagungan serta urgensitas anugerah waktu sebagai pokok nikmat. Cukuplah bagi kita mengetahui bahwasannya Allah telah bersumpah dengan menggunakan berbagai fase waktu di dalam Al Quran. Hal itu sebagai petunjuk akan nilai keagungan dan ugensitasnya. Maka disanalah allah bersumpah dengan waktu malam,siang hari, waktu fajar, subuh, cahaya merah diwaktu senja, waktu dhuha dan waktu ashar. Diantara ayat tersebut adalah sebagai berikut:
Firman Allah dalam surat Al-Lail 1-2, yang artinya “Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang”.
Firman Allah dalam surat Al-Muddatstir:33-34, yang artinya “Dan malam ketika telah berlalu, dan subuh apabila telah mulai terang”.
Firman Allah dalam surat AT-Takwir: 17-18, yang artinya “ Demi malam yang apabila telah meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing”.
Dalam surat AL-Insyiqaq:16-17,yang artinya “Maka aku bersumpah demi cahaya merah di waktu senja, dan dengan malam dan apa yang diselubunginya”.
Dalam surat Al-Fajr 1-2, yang artinya “ demi fajar dan malam yang sepuluh”.
Dalam surat Adh-Dhuha 1-2 yang artinya “Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi”.
serta dalam surat Al-‘Ashr 1-2, yang artinya “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian”.
Jika kita cermati, maka setiap Allah bersumpah dengan waktu, hal itu menunjukkan sesuatu tersebut menempati urgensitas yang paling tinggi. Sumpahnya menggunakan waktu terletak pada dua hal yang sangat urgen. Pertama; dalam rangka membebaskan rasul dari anggapan kaum musryrikin beserta musuh-musuhnya yang menuduh ia telah ditinggalkan Tuhannya. Kedua; dalam rangka menjelaskan bahwasannya setiap manusia berada dalam kerugian dan kebinasaan kecuali mereka yang mau beriman dan beramal saleh. Maka untuk menegaskan hal tersebut Allah berfirman:
“Demi waktu matahari sepenggalah naik, dan demi malam apabila telah sunyi, Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepadamu”.(Adh-Dhuha:1-3).
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menenpati kebenaran”.(Al-‘Ashr:1-3).
Penjelasan imam Fakhr Ar-Razi tentang urgensi waktu dan kemuliaannya yang tertuang dalam kitab tafsinya(tafsir Mafatihu Al-Ghoib 32/84), ketika menafsirkan surat “Al ‘Ashr” berkata:”dalam ayat ini Allah bersumpah dengan menggunakan masa, sebab didalamnya terdapat keajaiban-keajaiban; padanya terdapat kebahagiaan dan kesengsaraan, sehat dan sakit, kekayaan dan kemiskinan dan umur tidak dapat dinilai dengan sesuatu yang lain dalam hal nilai dan kemurahannya.”
Sedangkan menurut Syaikh Fakhruddin berkata,”Demi Allah, saya merasa menyesal atas waktu yang terlewatkan yang tidak saya gunakan untuk urusan ilmu seperti waktu yang saya gunakan untuk makan. Karena waktu dan masa adalah sesuatu yang amat berharga.”
Sekiranya engkau menyia-nyiakan waktu selama seribu tahun untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, kemudian engkau bertaubat lalu engkau ditakdirkan mendapat kebahagiaan di akhir sisa umur, maka engkau berada dalam surga selamanya. Dengan itu engkau menyadari bahwasannya masa hidupmu yang paling berharga adalah masa akhir tersebut.
Waktu merupakan salah satu pokok-pokok nikmat. Maka Allah bersumpah dengannya. Di samping itu Dia mengingatkan manusia bahwasannya siang dan malam merupakan kesempatan yang banyak disia-siakan oleh manusia, dan bahwasannya waktu itu lebih mulia ketimbang tempat, maka dia bersumpah dengannya, sebab waktu adlah nikmat yang suci dan tidak cacat sama sekali, adapun yang merugi dan layak dicela adalah manusianya sendiri”.
Hal diatas merupakan sebagian apa yang dijelaskan oleh Al Quran tentang urgensi waktu bahwasannya ia merupakan salah satu pokok-pokok nikmat sekaligus termasuk salah satu nikmat termulia.
Adapun penjelasan secara sunnah imam Bukhari, At-Turmudzi dan Ibnu Majah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda: “Ada dua jenis nikmat yang kebanyakan manusia merugi karena takmampu memanfaatkan keduanya secara bail yaitu kesehatan dan waktu luang”.
Waktu adalah nikmat besar dan anugerah agung yang tidak dapat diketahui nilainya serta tidak dimanfaatkan secara baik kecuali oleh mereka yang diberi taufik Allah serta terpilih. Hal itu sebagaimana diisyaratkan oleh lafazd hadist yang redaksinya:”Maghbunun Fihima Katsirun Mina Aan-Naas” (kebanyakan manusia merugi di dalamnya). Redaksi hadist tersebut mengindikasikan bahwa mereka yang dapat memanfaatkan keduanya secara baik adalah sedikit, sedang mayoritas mereka menyia-nyiakannya dan akhirnya merugi.
Semoga Allah memberikan kita bimbingan dalam mengelola dan memanfaatkan waktu dengan baik sehingga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan taufiknya.
0 komentar:
Posting Komentar